Jumat, 29 Mei 2009

Gereja Orthodox (bag II)


Salah satu tugas dari Gereja mula-mula adalah menerangkan dan membela teologi yang orthodox terhadap bidat yang sangat menyesatkan. Bidat-bidat ini seringkali muncul di dalam perselisihan seputar natur Tritunggal, atau bagaimana Yesus bisa menjadi Allah dan Manusia secara sempurna. Sidang atau konsili-konsili Gereja digelar untuk memeriksa Kitab Suci dan menelaahnya menjadi pengakuan iman bersama, membentuk landasan kepastian bagi pencarian sepanjang jaman. Semenjak saat itu, Gereja telah disebut "Orthodox", yang berarti 'iman yang benar' atau 'penyembahan yang benar.' Pengakuan Iman Nicea disusun pada Konsili Nikea pada tahun 325 Masehi, dan merupakan sentral dari pernyataan iman Orthodox, contoh yang amat menonjol dan baik dari Konsili-konsili. Iman yang dibangun di atas fondasi Kristus dan para Rasul-Nya, dan tidak ada yang ditambahkan di dalam iman sejati ini, sebab mamang tidak ada yang dapat ditambah-tambahkan. Iman ini utuh dan lengkap!


Ibadah Orthodox


Gereja-gereja Orthodox masih menggunakan bentuk ibadah yang dilaksanakan pada abad mula-mula. Ibadah kami dilandaskan pada sejumlah besar perikop dan pembacaan Kitab Suci. Kami mengidungkan pujian pada sebagian besar bagian dari ibadah, memadukan suara kami di dalam harmoni sedrhana dan melodi yang purba.

Ibadah kami berfokus kepada Tuhan, dan bukan pada pemenuhan, penyegaran atau persekutuan kami. Kami datang ke dalam hadirat Tuhan dengan penuh ketakjuban, sadar akan kesalahan-kesalahan kami dan rahmat-Nya yang begitu agung. Kami mencari pengampunan dan bersukacita di dalam anugerah keselamatan yang diberikan secara cuma-cuma. Penyembahan Orthodox dipenuhi dengan pertobatan, rasa syukur yang takzim dan pujian yang tiada berakhir.

Kami mencoba, sebaik mungkin untuk melaksanakan ibadah kami dengan indah. Teladan dari Kitab Suci menunjukkan bahwa rancangan Tuhan Allah untuk Bait-Nya, tabernakel itu dirancang dengan emas, perak, batu-batu permata, kain lenan biru dan ungu, jubah tenunan, dupa, canang atau lonceng kecil dan minyak urapan (Keluaran 25, 26). Begitu juga di dalam penglihatan Janasuci Yohanes akan penyembahan sorgawi (Wahyu 4) ada juga batu permata yang berharga, emas, takhta, mahkota, jubah putih, kristal dan dupa harum. Dari awal sampai dengan akhir dari Kitab Suci, ibadah disajikan dengan begitu rupa-rupa keindahan. Sementara misi-misi yang baru membuat hal-hal yang lebih sederhana karena keterbatasan dana, hati kami datang ke dalam ibadah dengan mencari agar kami mencurahkan minyak narwastu yang kami miliki ke kaki Kristus.

Kesalahpahaman yang umum dalam dunia modern ialah bahwa penyembahan yang baik itu harus kaku, formal dan dingin. Ibadah Orthodox jelas jauh dari penggambaran stereotipe seperti itu. Liturgi kudus bukanlah pertunjukan atau performance, namun adalah sebuah kesempatan untuk datang bersama-sama sebagai satu keluarga dalam iman di hadapan Bapa kita yang sangat kita kasihi. Ibadah Orthodox yang sejati sangat menghiburkan, hangat bersahaja dan penuh sukacita. Tidak akan ada yang kurang di dalam hadirat sorgawinya.